Oleh: Ma’had EL-HIJAZ Jakarta Timur
Ketahuilah -semoga Allah merahmati kita-;
“Sesungguhnya mempelajari adab, budi pekerti, malu serta perilaku yang baik adalah sebuah tuntutan secara syar’i maupun adat”. [as-Safariniy](1)
Adab adalah berkumpulnya sifat-sifat yang baik dalam diri seorang hamba [Ibnu al-Qayyim]. (2)
Adab lebih utama dari ilmu
Umar bin Khatthab –radhiyallahu ‘anhu– berkata:
تَأَدَّبُوا ثم تَعَلّمُوا
Artinya: “Pelajarilah adab kemudian pelajarilah ilmu”
Abu Abdillah al-Balkhiy -rahimahullah- berkata:
آدابُ النَّفْسِ أكْبَر من آدابِ الْعِلمِ، وأَدَبُ العِلمِ أَكْبَرُ من العِلم
Artinya: “Adab diri pribadi lebih besar dari adabnya ilmu, dan adab ilmu lebih besar dari pada ilmu”
Abdullah ibnu al-Mubarak -rahimahullah- berkata:
نَحنُ إلى قليلٍ من الْأَدَبِ أَحوجُ منَّا إلى كثيرٍ مِن الْعِلْم
“Kita lebih butuh kepada adab meskipun sedikit, dibanding ilmu yang banyak”(3)
Beliau juga berkata:
لَا يَنْبُلُ الرَّجُلُ بِنَوْعٍ مِنْ الْعِلْمِ مَا لَمْ يُزَيِّنْ عِلْمَهُ بِالْأَدَبِ
“Seseorang tak kan sempurna pada satu bidang ilmu selama dia tidak menghiasinya dengan adab”
Adab sudahlah asing
Abdullah ibnu al-Mubarak -rahimahullah-berkata:
طَلَبْت الْعِلْمَ فَأَصَبْت مِنْهُ شَيْئًا
“Aku telah mencari ilmu dan aku dapatkan sesuatu”
وَطَلَبْت الْأَدَبَ فَإِذَا أَهْلُهُ قَدْ بَادُوا
“Dan aku telah mencari untuk belajar adab, namun ahlinya telah sirna tiada”
Hingga beliau berkata:
“Jika dikatakan padaku bahwa ada seseorang yang memiliki ilmu dari awal hingga akhir, aku tidak akan menyesal jika tak bertemu dengannya”
“Dan jika aku mendengar ada seseorang yang memiliki adab, aku berangan-angan untuk menjumpainya dan aku akan menyesal jika kehilangan dia”(4)
Adab cermin sebuah akal
Al-Ahnaf -rahimahullah- berkata:
الْأَدَبُ نُورُ الْعَقْلِ كَمَا أَنَّ النَّارِ نُورُ الْبَصَرِ
“Adab itu cahaya yang menyinari akal, sebagaimana api cahaya yang menyinari mata”
Sebuah hikmah berkata:
لا أَدبَ إلا بِعَقْلٍ، ولا عَقْلَ إلَّا بِأَدَبٍ
“Tiada adab kecuali dengan akal, Dan tiada akal kecuali dengan adab”(5)
Ulama dalam mempelajari adab
Imam asy-Syafi’iy -rahimahullah-_ditanya:
وَكيفَ طلبكَ له؟ قالَ: طلبُ المرأةِ المضلةِ ولدها وليسَ لهاَ غيرهُ
Bagaimana engkau mencarinya(belajar adab)? Beliau berkata: “Aku mencarinya (mempelajarinya) seperti seorang ibu yang mencari anak semata wayangnya yang hilang”.(6)
Abdullah ibnu al-Mubarak -berkata-:
“Aku belajar adab 30 tahun, dan belajar ilmu 20 tahun, dan dahulu mereka belajar adab sebelum ilmu”.(7)
“Siapa saja yang mengajarkan adab kepada anaknya di saat kecil, maka saat dewasa dia akan menjadi penyejuk matanya”(8)
Semoga Allah menghiasi kita anak-anak, murid-murid kita dengan adab dan akhlak yang mulia, Amin.
______________________________
footnote:
1. Ghadza al-albab, hal.27, jilid I, Penerbit Dar al-kutub al-ilmiyah, Beirut-Libanon, Cet. 2002 M.
2. Madarijussalikin, hal.304-305, juz II, Penerbit Dar al-Hadits, Kairo-Mesir, Cet. 2005.
3. Ibnu Muflih, al-Adab asy-Syar’iyah, hal. 523, juz III, Penerbit Muassasah ar-Risalah, Beirut-Libanon, Cet. 3 1999 M.
4. Al-adab asy-Syar’iyah, hal 523.
5. Al-adab asy-Syar’iyah, hal. 523.
6. Ibnu Jamaah, Tadzkiratu as-Sami’, hal. 5, Maktabah Misykah al-Islamiyah, Maktabah Syamilah.
7. Ibnu al-Jazariy, Ghayatu an-Nihayah fi thabaqat al-Qurra’, hal.198, Maktabah Syamilah.
8. Al-adab asy-Syar’iyah, hal. 523