DI MALAM NISFU SYA’BAN ALLAH AKAN MERUBAH DAN MENCATAT TAQDIR UNTUK SETAHUN, BENARKAH?

elhijaz
elhijaz 6 Min Read

Benarkah di malam nisfu sya’ban Allah akan merubah taqdir untuk satu tahun kedepan?

(Tafsir Surat ad-Dukhân ayat: 4)

Pertanyaan:

Kita dapati diantara saudara kaum muslimin sangat bersemangat dalam beribadah dibulan sya’ban ini khususnya di malam nisfu sya’ban.

Mereka berkeyakinan bahwa pada malam nisfu sya’ban Allah akan merubah dan mencatat seluruh taqdir kebaikan untuk satu tahun kedepan, sehingga mereka berlomba-lomba membuat amalan-amalan ibadah yang dikhususkan pada malam tersebut.

Bahkan yang menakutkan lagi ada sebagian yang mengatakan bahwa siapa saja yang tidak menghiraukan malam nisfu sya’ban maka Allah tidak akan menuliskan kebaikan baginya untuk setahun kedepan.

Mereka berdalil dengan firman Allah:

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (Q.S ad-Dukhân [44] : 4)

Mereka mengatakan bahwa ayat ini menjelaskan tentang malam nisfu sya’ban yang mana Allah akan merubah taqdir dan segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rejeki, untung baik, untung buruk dan sebagainya untuk setahun kedepan.

Apakah hal diatas benar?

Jawaban

Apa yang dimaksudkan dalam surat ad-Dukhan ayat 4 tersebut adalah malam lailatul-qadar bukan malam nisfu sya’ban, berikut penjelasannya.

 

Bismillâh, Alhamdulillâh, washalâtu wassalâm ‘ala Rasûlillâh, ‘amma ba’du.

Dalam kesempatan ini kita akan meluruskan kesalahpahaman sebuah penafsiran bahwa Allah akan merubah dan mencatat amalan untuk setahun kedepan pada malam nisfu sya’ban dengan penjelasan sebagai berikut;

Pertama:

Terjemahan ayat tersebut sangat jelas bahwa yang dimaksud malam pada ayat tersebut adalah malam lailatul-qadar, bukan malam nisfu sya’ban. Allah berfirman:

حم

Haa miim.

وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ

demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,

[1369] Malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.

Begitulah dengan jelas dalam terjemahan dikatakan bahwa yang dimaksud malam pada ayat keempat adalah malam lailatul-qadar, sebagaimana dijelaskan pada ayat sebelumnya.

Kedua:

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan malam pada surat ad-Dukhân ayat 3 dan 4 adalah malam laitul-qadar, bukan malam nisfu sya’ban.

Imam ahlu tafsir ath-Thabarîy dalam kitab tafsir Jâmi’ al-Bayân ‘an ta’wîl âyi Al-Qur’an berkata:

“Yang paling utama maksudnya adalah malam lailatul-qadar”[1]

Imam al-Qurtubîy dalam kitab tafsir al-Jâmi’ li ahkâmi Al-Qur’an berkata:

“makna yang paling benar adalah malam laitul-qadar”[2]

Imam al-Baghawîy dalam kitab tafsir Ma’âlimu at-Tanzîl berkata:

“malam yang berkah, malam yang diturunkannya Al-Qur’an yaitu malam lailatul-qadar”[3]

Imam Ibnu Katsîr dalam kitab tafsir Al-Qur’an al-‘Adzhîm berkata:

“Di malam lailatul-qadar, dari al-Lauhi al-Mahfûdz akan diperinci catatan perkara yang akan terjadi ajal maut, rejeki dan lainnya dalam setahun “[4]

Imam asy-Syaukânîy dalam kitab tafsir Fathu al-Qadîr berkata:

“dialah malam lailatul-qadar yang dituliskan padanya apa yang akan terjadi dalam setahun seperti rejeki, kematian, kehidupan sampai masalah haji akan dicatat fulan dan fulan yang akan berhaji pada tahun depan”[5]

Al-‘Allâmah Al-Alûsîy dalam kitab tafsir Rûh al-Ma’ânîy berkata:

“di malam yang berkah yaitu malam lailatul-qadar”[6]

Ibnu Âsyûr dalam kitab tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr berkata:

“malam itu adalah malam awal turunnya Al-Qur’an yaitu bulan ramadhan tepatnya malam lailatul-qadar”[7]

Asy-Syanqîtîy dalam kitab tafsir Adhwâu al-Bayân berkata:

“tidak diragukan bahwa pendapat yang mengatakan bahwa tafsir ayat yang dimaksud adalah malam nisfu sya’ban adalah pendapat yang bathil, karena pendapat tersebut menyelisihi nash Al-Qur’an yang sharîh, karena malam yang dimaksud adalah malam diturunkannya Al-Qur’an yang mana Allah berfirman: kami menurunkannya di malam laitul-qadar (Q.S al-Qadr [97] : 1), Allah juga berfirman: bulan ramadhan yang diturunkan Al-Qur’an di dalamnya (Q.S al-Baqarah [2] : 185), malam yang dirinci dan dijelaskan serta dicatat seluruh perkara yang memiliki hikmah”[8]

Kesimpulan:

Bahwa penafsiran yang menyatakan pada malam nisfu sya’ban Allah akan merubah taqdir dan catatan setahun kedepan, dengan dalil firman Allah surat ad-Dukhân ayat 4 adalah tidak benar. Yang benar adalah di malam lailatul-qadar.

Allahu A’lam

***

Ditulis oleh:

Imron Rosyid Astawijaya

Alumni: S1 jurusan Syariah LIPIA, S2 jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Institut Ilmu Qur'an Jakarta.

Referensi:

[1] Abu Ja’far Muhammad bin Jarîr ath-Thabarî, Jâmi’ al-Bayân ‘an ta’wîl âyi Al-Qur’an, (Kairo:Dâr al-Hadits, cet. 2010 M) h. 79, jilid 10.

[2] Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshârîy al-Qurtubîy, al-Jâmi’ li ahkâmi Al-Qur’an, (Kairo: Dâr al-Hadîts, cet. 2010 M) h. 432, jilid 8.

[3] Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawîy, Ma’âlimu at-Tanzîl, (Riyadh: Dâr Thayyibah, cet. 2009 M) h.1088.

[4] Abu al-Fidâ’ Ismâil bin Umar bin Katsîr al-Qurasyiy, Tafsîr Al-Qur’an al-Adzhîm (Riyadh: Dâr Thayyibah, cet. 2009 M) h. 246, jilid 4, juz 7.

[5] Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukânîy, Fathu al-Qadîr al-Jâmi’ baina ar-Riwâyah wa ad-Dirâyah min ‘ilmi at-Tafsir, (Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, cet. 2009 M) h. 67, juz 4.

[6] Sayyid Mahmûd al-Alûsîy, Rûh al-Ma’ânîy fi tafsir Al-Qur’an wa as-Sab’I al-Matsânîy, (Kairo: Dâr al-Hadîts, cet. 2005 M) h. 148, jilid 12.

[7] Muhammad ath-Thâhir bin Âsyûr, tafsîr at-Tahrîr wa at-Tanwîr, (Tunisia: Dâr Sahnûn, t.t) h. 278, jilid 10.

[8] Muhammad al-Amîn bin Muhammad al-Mukhtâr asy-Syinqîthîy, Adhwâu al-Bayân fi Îdhâhi Al-Qur’an bi Al-Qur’an, (Kairo: Dâr Ibnu al-Jauzîy, cet. 2014 M) h. 188, jilid 7.

Share This Article