KAIDAH PERTAMA
“Agama ini tegak di atas dua pondasi yang agung yaitu Ikhlas dan Mutabaah”
Ikhlas: Yaitu meniatkan untuk Allah.
Mutabaah: Yaitu melakukan amalan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Di antara dalil Ikhlas:
Firman Allah Ta’ala:
- “Tidaklah kalian diperintah melainkan untuk beribadah kepada Allah dengan Ikhlas…”. (QS. al-Bayyinah:5)
- “Katakanlah: sesungguhnya aku diperintah untuk menyembah Allah secara Ikhlas…”. (QS. az-Zumar:11).
Di antara dalil mutabaah:
Firman Allah Ta’ala:
- “Katakan (wahai Muhammad) jika kalian mencintai Allah ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kalian”. (QS. Ali ‘Imran:31).
- “Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalannya” (QS. al-Mulk: 2).
Fudhail bin ‘Iyadh berkata terkait apa yang dimaksud “amalan yang paling baik” dalam ayat tersebut:
“Yang dimaksud amalan yang paling baik adalah yang paling ikhlas dan yang paling tepat”.
Paling Ikhlas? yaitu apa saja yang dilakukan karena Allah.
Paling tepat? Yaitu yang berada di atas sunnah Rasulullah.
Sabda Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
- “Segala amalan ibadah yang bukan diatas perkara kami (tuntunan kami) maka tertolak”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Terkait dua pondasi ini manusia terbagi menjadi empat bagian:
- Kelompok Ikhlas dan Mutabaah:
Mereka yang melakukan amalan dengan ikhlas kepada Allah serta sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Inilah kelompok sebaik-baik manusia dalam amalan.
- Kelompok yang tidak Ikhlas dan tidak Mutabaah:
Mereka yang melakukan amalan tanpa keikhlasan kepada Allah dan tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Ini adalah seburuk-buruk manusia dalam beramal.
- Kelompok Ikhlas tanpa Mutabaah:
Mereka yang melakukan amalan dengan ikhlas kepada Allah namun tidak sesuai dengan tuntuan Rasulullah.
- Kelompok Mutabaah tanpa Ikhlas:
Meraka melakukan amalan-amalan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah namun tidak disertai dengan keikhlasan karena Allah.
Beberapa faidah dari kaidah ini:
- Agama berdiri di atas dua pondasi yaitu ikhlas dan mutabaah, yang keduanya menjadi kunci diterimanya sebuah amalan yaitu dengan melakukan amalan semata-mata ikhlas mengharap wajah Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
- Allah menguji manusia untuk membuktikan siapakah yang terbaik amalannya bukan siapakah yang terbanyak amalannya.
- Sebaik-baik amalan adalah amalan yang ikhlas lagi mutabaah.
- Lawan dari Ikhlas adalah syirik, dan lawan dari mutabaah adalah bid’ah.
- Amalan yang dilakukan tanpa tuntunan Rasulullah akan mengakibatkan dia makin jauh dari Allah dan Rasulnya.
- Allah mengutus Rasul-Nya untuk dijadikan panutan bagaimana tata cara melakukan amal ibadah, oleh karenanya dilarang melakukan ibadah menurut hawa nafsu atau keinginan sendiri yang tidak ada tuntunannya dalam syariat. [1]
Allahu a’lam
[1] Diringkas oleh Imron Rosyid Astawijaya dari kitab karya Syaikh Abdullah bin Shalih al-‘Ubailan, “al-Ishbah fi bayan manhaji as-Salaf fi at-Tarbiyati wa al-Ishlah”, (Kuwait: Gharras, cet. Kedua 2009) hal. 11-17.